© 2024 — Senayan Developer Community
Abdullah Aqib masih belum genap berusia 20 tahun manakala ia menjadi santri di Tebuireng. Di pesantren asuhan hadratussyaikh M. Hasyim Asyari itu ia menjadi kader KH. A. Wahid Hasyim dan KH. Muhammad Ilyas di Madrasah Nidzomiyah. Di madrasah yang menerapkan sistem klasikal dengan komposisi materi 70% umum dan 30% agama ini, Abdullah Aqib merasa senang saat ia diterima di sana menjelang akhir dasawarsa 1930-an.
Hingga pada suatu ketika, manakala ia asyik menghafal nadzam, ia dipanggil oleh Kiai Wahid Hasyim. Di beranda ndalem, keduanya duduk berhadapan, dipisahkan sebuah meja.
“Sampeyan mau saya ajari ilmu baru?” tanya Kiai Wahid, ayah Gus Dur itu. “Injih gus, saya mau,” jawab Aqib, panggilan akrabnya.
Dengan cekatan tangan Kiai Wahid mengambil segepok kartu remi (poker) dari sakunya. Menaruhnya di atas meja, lalu menatanya dengan rapi. Aqib terkesiap.
“Ayo, kita main kartu!” ajak Kiai Wahid. “Wah, saya tidak bisa gus,” “Nah, ayo, saya ajari.”
Kemudian dengan telaten Kiai Wahid mengajari Aqib pola permainan kartu itu. Meski mulai tampak terampil bermain, hati Aqib masih bertanya-tanya, manakah jenis “ilmu baru” yang ditawarkan Kiai Wahid. Toh, ia tidak berani menanyakannya. Segan.
Setelah beberapa waktu bermain…. “Baik, pelajaran hari ini sudah cukup. Kulihat sampeyan sudah menguasai permainan ini.” “Injih gus. Injih. Matursuwun.” “Ini ilmu baru, kang. Setidaknya baru buat sampeyan. Kelak, ilmu main kartu ini akan berguna, akan bermanfaat buat sampeyan.” Aqib mengangguk, meski ia belum paham betul apa yang diinginkan gurunya.
Setelah lulus dari Tebuireng, Aqib mendampingi desa transmigrasi di daerah Lampung pada tahun 1958. Mayoritas penduduk desa ini berasal dari Blitar. Di desa ini, Aqib menjadi pembimbing umat, kiai muda. Tapi ia masih gelisah melihat perilaku masyarakat yang kurang agamis, khususnya kaum pria yang suka menganggur sambil main kartu, berjudi dan mabuk-mabukan. Beberapa kali diingatkan, tetap saja mereka cuek.
Hingga akhirnya tercetus ide di benak Kiai Aqib; menantang jagoan-jagoan itu BERMAIN KARTU! Agar menarik, disisipkanlah tantangan: jika Kiai Aqib KALAH, maka tanah, perkebunan, dan rumah miliknya diserahkan kepada para pemabuk ini kemudian ia pulang ke Jawa, tapi jika Kiai Aqib MENANG, maka para pemabuk harus menghentikan kebiasaannya.
Tantangan diterima setelah sebelumnya ditertawakan; mana ada kiai jago main kartu. Toh pertandingan digelar. Kiai Aqib versus seorang jagoan yang mewakili kawan-kawannya. Penontonnya? Penduduk Desa! Hasilnya? Kiai Abdullah Aqib MENANG!
Karena terikat dengan janjinya, kelompok yang kalah harus menghentikan kebiasaan buruknya. Melihat kemenangannya ini, Kiai Aqib tercenung haru mengingat ucapan guru yang ia cintai, beberapa tahun sebelumnya, “Ini ilmu baru, kang. Setidaknya baru buat sampeyan. Kelak, ilmu main kartu ini akan berguna, akan bermanfaat buat sampeyan.”
Dikisahkan oleh KH. Dr. Kharisuddin Aqib bin KH. Abdullah Aqib kepada Rijal Mumazziq Z, 3 Oktober 2012. Lahumal Fatihah.
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,
I Nyoman Cantiasa (Foto : Wikipedia)
SEJUMLAH alumni Akmil 1990 telah sukses meraih pangkat jenderal, baik bintang 2 maupun bintang 3. Pencapaian ini memperlihatkan prestasi mereka dalam meniti karier di militer.
Berikut ini adalah alumni Akademi Militer (Akmil) tahun 1990 yang sukses jadi jenderal:
1. Letjen TNI I Nyoman Cantiasa
Letnan Jenderal TNI I Nyoman Cantiasa merupakan abituren Akmil 1990 yang kini telah menjadi perwira tinggi TNI Angkatan Darat dengan menyandang pangkat bintang 3. Pria kelahiran 26 Juni 1967 di Buleleng, Bali itu sekarang menjabat sebagai Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) III. Jabatan tersebut diembannya sejak Januari 2022.
Ketika menamatkan Akademi Militer (Akmil) tahun 1990 dari kecabangan Infanteri (Kopassus), Cantiasa menjadi lulusan terbaik. Ia menerima penghargaan Adhi Makayasa dan Tri Sakti Wiratama. Ia pun memulai karier sebagai Danton Yonif Linud 328 Dirgahayu/Kostrad. Lama berkecimpung di Kopassus, Cantiasa akhirnya berhasil menjadi Komandan Jenderal Kopassus pada 2019. Masih dengan pangkat Mayor Jenderal, ia ditugaskan sebagai Pangdam XVIII/Kasuari pada 2020. Setelahnya, Cantiasa naik pangkat menjadi Letnan Jenderal dan menjabat Pangkogabwilhan III.
2. Mayjen TNI Sonny Aprianto
Salah satu lulusan Akmil 1990 yang mencapai pangkat jenderal bintang dua adalah Mayor Jenderal TNI Sonny Aprianto. Sejak Januari 2022 lalu, ia menjabat sebagai Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) IX/Udayana. Sebelumnya, Sonny menempati posisi Deputi III Bidang Kontra Intelijen BIN dan Sahli Bidang Hankam BIN pada 2021.
Sonny, yang lahir di Jakarta pada 9 April 1967, memiliki pengalaman dalam bidang Infanteri (Raider). Dalam catatan kariernya sebelum bertugas di Badan Intelijen Negara (BIN), Sonny pernah menjadi Paban Sahli Kasad (2017-2018), Danrem 031/Wirabima (2018), dan Danpusintelad (2018-2021).
3. Mayjen TNI Dwi Darmadi
Mayor Jenderal TNI Dwi Darmadi diangkat sebagai Pa Sahli Tk. III Kasad Bidang Sosbudkum HAM dan Narkoba pada November 2022. Ia merupakan satu di antara lulusan Akmil 1990 yang mencapai pangkat jenderal bintang dua dengan pangkat Mayor Jenderal.
Sebelum menempati posisinya yang sekarang, Dwi pernah ditugaskan sebagai Inspektur Kodam XVI/Pattimura (2020-2022) dan Panglima Divisi Infanteri 3/Kostrad (2022). Perwira kelahiran Bandung, 20 Februari 1966 ini banyak berkecimpung di Kostrad.
SPEDIZIONE GRATIS SUPERIORI A 69,99 €Abiti a Napoli? Ricevi il tuo ordine in giornata SPEDIZIONE GRATIS SUPERIORI A 69,99 €Abiti a Napoli? Ricevi il tuo ordine in giornata SPEDIZIONE GRATIS SUPERIORI A 69,99 €Abiti a Napoli? Ricevi il tuo ordine in giornata SPEDIZIONE GRATIS SUPERIORI A 69,99 €Abiti a Napoli? Ricevi il tuo ordine in giornata SPEDIZIONE GRATIS SUPERIORI A 69,99 €Abiti a Napoli? Ricevi il tuo ordine in giornata SPEDIZIONE GRATIS SUPERIORI A 69,99 €Abiti a Napoli? Ricevi il tuo ordine in giornata SPEDIZIONE GRATIS SUPERIORI A 69,99 €Abiti a Napoli? Ricevi il tuo ordine in giornata SPEDIZIONE GRATIS SUPERIORI A 69,99 €Abiti a Napoli? Ricevi il tuo ordine in giornata SPEDIZIONE GRATIS SUPERIORI A 69,99 €Abiti a Napoli? Ricevi il tuo ordine in giornata SPEDIZIONE GRATIS SUPERIORI A 69,99 €Abiti a Napoli? Ricevi il tuo ordine in giornata SPEDIZIONE GRATIS SUPERIORI A 69,99 €Abiti a Napoli? Ricevi il tuo ordine in giornata SPEDIZIONE GRATIS SUPERIORI A 69,99 €Abiti a Napoli? Ricevi il tuo ordine in giornata SPEDIZIONE GRATIS SUPERIORI A 69,99 €Abiti a Napoli? Ricevi il tuo ordine in giornata SPEDIZIONE GRATIS SUPERIORI A 69,99 €Abiti a Napoli? Ricevi il tuo ordine in giornata SPEDIZIONE GRATIS SUPERIORI A 69,99 €Abiti a Napoli? Ricevi il tuo ordine in giornata