Pengarang Kitab Sutasoma Yang Berisi Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Pengarang Kitab Sutasoma Yang Berisi Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Asal Mula Bhinneka Tunggal Ika

Mengutip dari buku Indonesiaku Bhinneka Tunggal Ika yang ditulis Isra Widya Ningsih, dkk. Kutipan frasa Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam Kakawin Sutasoma pada pupuh 139 bait 5, berikut bunyinya.

Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa

Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen

Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal

Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa

Bait tersebut menjelaskan Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Walaupun Buddha dan Siwa berbeda tetapi mereka dapat dikenali. Sebab kebenaran Siwa dan Buddha adalah tunggal. Berbeda tetapi tungga, sebab tidak ada kebenaran yang mendua.

Dari bait di Kitab Sutasoma itulah terlahirnya semboyan bangsa Indonesia Bhinneka Tunggal Ika. Jika diterjemahkan tiap kata, bhinneka artinya beraneka ragam, tunggal berarti satu dan ika berarti itu. Yang mencerminkan kebergaman, baik suku bangsa, agama, ras antargolongan.

Modal inilah terbentuknya satu persatuan dan kesatuan Indonesia.

Keberagaman yang Bersatu

Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya  dari Sabang-Merauke. Banyak perbedaan itulah yang membuat Indonesia dikatakan sebagai negara yang unik. Meski berbeda-beda, semangat persatuan dan kesatuan untuk negara tetap harus berkobar.

Pengertian Bhinneka Tunggal Ika dalam Buku Sutasoma

Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular ditulis pada masa kerajaan Majapahit, tepatnya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, sekitar abad ke 14.

Hasan Irsyad dkk dalam jurnal STILISTIKA Vol. 9 No. 2 Juli–Desember 2016 menjelaskan bahwa pada kakawin inilah dapat ditemukan teks asli Bhinneka Tunggal Ika, yakni pada pupuh CXXXIX bait kelima baris empat.

Rizal Mustansyir dalam Jurnal Filsafat Agustus ’95 menulis bahwa istilah Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa dari bahasa Sansekerta, “Bhinneka”, “Tunggal”, dan “Ika” berasal dari kata "Bhinna + Ika" yang berarti "berbeda-beda itu"; "Tunggal" artinya satu; "Ika" yang berarti "itu".

Jadi istilah "Bhinneka Tunggal Ika" secara etimologis berarti: Berbeda-beda itu dalam satu itu. Kata itu yang pertama merupakan rangkaian dengan kata "Bhinna", yakni "berbeda-beda itu".

Kata "itu" yang kedua secara deiktik mengacu pada bangsa Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika dalam arti yang luas yaitu, beranekaragam etnik, budaya dan agama, namun ada dalam kesatuan yakni bangsa Indonesia.

Kesatuan di sini merupakan hasil kesepakatan bangsa Indonesia untuk mengatasi keanekaragaman yang ada, sehingga dapat mencegah timbulnya konflik.

Bhinneka Tunggal Ika dalam hal ini mengandung aspek keharusan (das Sollen) bagi keutuhan bangsa Indonesia.

Apa yang dimaksud Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa?

Bhinneka Tunggal Ika dalam kitab Sutasoma diambil dari kalimat lengkap Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa.

Dalam aksara latin, bait lengkap Bhinneka Tunggal Ika berbunyi: “Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa, Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.”

Terjemahannya: “konon antara ajaran Buddha dan Hindu berbeda, namun kapan Tuhan dapat dibagi-bagi, sebab kebenaran Jina dan Siwa adalah tunggal, berbeda itu tapi satu jualah itu, tak ada dharma (jalan kebaktian/kebaikan) yang mendua tujuan.”

Kitab Sutasoma menunjukkan bahwa dalam sejarah Majapahit abad ke-14 semangat toleransi kehidupan beragama sangat tinggi.

Digambarkan bahwa dua agama besar Hindu dan Budha hidup secara bersama dengan rukun dan damai. Kedua agama besar itu beriringan di bawah payung kerajaan, pada jaman pemerintahan raja Hayam Wuruk.

Oleh karena itu meskipun Budha dan Siwa merupakan dua substansi yang berbeda, namun perbedaan itu tidak menimbulkan perpecahan, karena kebenaran Budha dan kebenaran Siwa bermuara pada hal Satu. Mereka memang berbeda, tetapi sesungguhnya satu jenis, tidak ada perbedaan dalam kebenaran.

tirto.id - Pendidikan

Kontributor: Balqis FallahndaPenulis: Balqis FallahndaEditor: Iswara N Raditya & Balqis Fallahnda

JAKARTA, iNews.id - Sejarah dan makna Bhinneka Tunggal Ika dalam Kitab Sutasoma perlu diketahui oleh semua orang, tak terkecuali warga negara Indonesia.

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Semboyan tersebut dapat kita temukan di Garuda Pancasila.

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Semboyan bangsa Indonesia, merupakan kutipan dari Kitab Sutasoma.

Kutipan kata-kata itu diambil pada pupuh 139 bait lima yang berbunyi sebagai berikut.

Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa

Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen

Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal

Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa

Pada bait itu dijelaskan bahwa meski Buddha dan Siwa berbeda tetapi dapat tetap dikenali.

Sebab Buddha dan Siwa adalah tunggal, meski berbeda.

Sehingga bila diterjemahkan, kata bhinneka berarti ragam, tunggal berarti satu, dan ika berarti itu.

Jadi, menurut asal kata, semboyan Bhinneka Tunggal Ika memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu.

Baca Juga: 4 Fungsi Pancasila sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum, Apa Saja?

Nah, kata-kata itu dianggap sesuai dengan kondisi Indonesia yang terdiri dari beragam suku, budaya, dan ras.

Kecocokan itu membuat kata-kata Bhinneka Tunggal Ika dicantumkan dalam lambang negara Garuda Pancasila.

Hingga kini semboyan tersebut masih sesuai dan perlu terus dipelajari serta diamalkan oleh semua masyarakat Indonesia.

Kapan Kitab Sutasoma dibuat?

Petunjuk: cek di halaman 1!

Lihat juga video ini, yuk!

Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.

Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.

Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023

Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan

Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

Belajar Empati dengan Berbagi, SPK Jakarta Nanyang School Kunjungi Panti Asuhan Desa Putera

Sonora.ID - Berikut adalah penjelasan mengenai pengarang dan isi Kitab Sutasoma, lengkap dengan penjelasan soal 'Bhinneka Tunggal Ika' yang berasal darinya.

Kitab Sutasoma merupakan salah satu karya sastra klasik yang memiliki kedudukan istimewa dalam tradisi sastra Jawa.

Kitab ini ditulis oleh seorang pujangga terkenal pada masanya bernama Mpu Tantular. Karya yang ditulis dalam bentuk syair ini mengisahkan perjalanan seorang pangeran bernama Sutasoma dalam menghadapi cobaan dan tantangan kehidupan.

Isi Kitab Sutasoma secara umum mencerminkan nilai-nilai kebijaksanaan, ketekunan, dan keberanian dalam menghadapi konflik batin dan luar.

Cerita tersebut juga menggambarkan konsep Bhinneka Tunggal Ika yang dikenal sebagai semboyan kebhinekaan Indonesia.

Konsep ini mengajarkan bahwa meski berbeda-beda, kita tetap satu dalam persatuan.

Pada intinya, Kitab Sutasoma mengajarkan nilai-nilai moral dan spiritual yang relevan hingga saat ini.

Dalam perjalanan Sutasoma, pembaca akan memperoleh hikmah tentang pentingnya menjaga kesucian hati, menjauhi godaan kejahatan, serta mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi terhadap perbedaan.

Baca Juga: Sejarah Kerajaan Tarumanegara: dari Berdiri hingga Masa Keruntuhan

Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang Kitab Sutasoma, termasuk latar belakang pengarangnya, isi ceritanya yang penuh makna, serta pesan-pesan universal yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Maka, untuk tahu lebih jauh, simak penjelasan mengenai pengarang dan isi Kitab Sutasoma sekaligus paparan soal istilah Bhinneka Tunggal Ika sebagaimana yang Sonora kutip dari Kompas.com berikut ini.

Rangkuman Isi Kitab Sutasoma

Kitab Sutasoma berisi kisah upaya Sutasoma sebagai titisan Sang Hyang Buddha untuk menegakkan dharma.

Sutasoma adalah putra Prabu Mahaketu dari Kerajaan Astina yang lebih menyukai memperdalam ajaran Buddha Mahayana daripada harus menggantikan ayahnya menjadi raja.

Maka pada suatu malam, Sutasoma pergi ke hutan untuk melakukan semedi di sebuah candi dan mendapat anugerah.

Sutasoma kemudian pergi ke pegunungan Himalaya bersama beberapa pendeta.

Sesampainya di sebuah pertapaan, sang pangeran mendengarkan riwayat cerita tentang raja, reinkarnasi seorang raksasa, bernama Prabu Purusada yang senang memakan daging manusia.

Para pendeta dan Batari Pretiwi membujuk Sutasoma agar membunuh Prabu Purusada. Namun, Sutasoma menolak karena ingin melanjutkan perjalanan.

Baca Juga: Sekda Pimpin Perumusan Naskah Kesepakatan dan Komitmen Terkait Pembangunan Investasi Daerah

Di perjalanan, sang pangeran bertemu dengan raksasa berkepala gajah pemakan manusia dan ular naga. Si raksasa dan ular naga yang tadinya ingin memangsa Sutasoma berhasil ditaklukkan.

Setelah mendengar khotbah dari Sutasoma tentang agama Buddha, keduanya bersedia menjadi muridnya.

Sang pangeran juga bertemu dengan harimau betina yang akan memakan anaknya sendiri.

Sutasoma sempat mati karena bersedia menjadi mangsa harimau itu. Lalu datanglah Batara Indra dan Sutasoma dihidupkan kembali.

Tersebutlah sepupu Sutasoma bernama Prabu Dasabahu, berperang dengan anak buah Prabu Kalmasapada (Purusada).

Anak buah Prabu Kalmasapada kalah dan meminta perlindungan Sutasoma.

Prabu Dasabahu yang terus mengejar akhirnya tahu bahwa Sutasoma adalah sepupunya, lalu di ajak ke negerinya dan dijadikan ipar.

Setelah kembali ke Astina, Sutasoma dinobatkan sebagai raja bergelar Prabu Sutasoma.

Cerita dilanjutkan dengan kisah Prabu Purusada dalam membayar kaul kepada Batara Kala supaya bisa sembuh dari penyakitnya.

Baca Juga: 11 Profesi Unik yang Dibutuhkan untuk Melayani Keluarga Kerajaan Inggris, Gajinya Capai Ratusan Juta?

Purusada telah mengumpulkan 100 raja, tetapi Batara Kala tidak mau memakan mereka.

Prabu Sutasoma bersedia menjadi santapan Batara Kala sebagai ganti atas 100 raja sitaan Purusada.

Mendengar permintaan raja Astina, Purusada menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji tidak akan memakan daging manusia lagi.

'Bhinneka Tunggal Ika' dalam Kitab Sutasoma

Kakawin Sutasoma dikutip oleh pendiri bangsa Indonesia dalam merumuskan semboyan negara, yaitu Bhinneka Tunggal Ika.

Kutipan frasa Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam Kakawin Sutasoma pada pupuh 139 bait 5, berikut bunyinya.

Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa

Dalam bait tersebut dikatakan bahwa meskipun Buddha dan Siwa berbeda tetapi dapat dikenali. Sebab kebenaran Buddha dan Siwa adalah tunggal. Berbeda tetapi tunggal, sebab tidak ada kebenaran yang mendua.

Bila diterjemahkan tiap kata, bhinneka artinya beraneka ragam, tunggal berarti satu dan ika berarti itu. Sehingga pengertian Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetapi tetap satu.

Demikian penjelasan mengenai pengarang dan isi Kitab Sutasoma, lengkap dengan penjelasan soal 'Bhinneka Tunggal Ika' sebagaimana di atas. Semoga bermanfaat.

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News

Baca Juga: Proses Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno, Materi Sejarah

13 Desember 2024 22:30 WIB

13 Desember 2024 18:57 WIB

13 Desember 2024 18:20 WIB

13 Desember 2024 18:15 WIB

Sonora.ID - Berikut adalah penjelasan mengenai pengarang dan isi Kitab Sutasoma, lengkap dengan penjelasan soal 'Bhinneka Tunggal Ika' yang berasal darinya.

Kitab Sutasoma merupakan salah satu karya sastra klasik yang memiliki kedudukan istimewa dalam tradisi sastra Jawa.

Kitab ini ditulis oleh seorang pujangga terkenal pada masanya bernama Mpu Tantular. Karya yang ditulis dalam bentuk syair ini mengisahkan perjalanan seorang pangeran bernama Sutasoma dalam menghadapi cobaan dan tantangan kehidupan.

Isi Kitab Sutasoma secara umum mencerminkan nilai-nilai kebijaksanaan, ketekunan, dan keberanian dalam menghadapi konflik batin dan luar.

Cerita tersebut juga menggambarkan konsep Bhinneka Tunggal Ika yang dikenal sebagai semboyan kebhinekaan Indonesia.

Konsep ini mengajarkan bahwa meski berbeda-beda, kita tetap satu dalam persatuan.

Pada intinya, Kitab Sutasoma mengajarkan nilai-nilai moral dan spiritual yang relevan hingga saat ini.

Dalam perjalanan Sutasoma, pembaca akan memperoleh hikmah tentang pentingnya menjaga kesucian hati, menjauhi godaan kejahatan, serta mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi terhadap perbedaan.

Baca Juga: Sejarah Kerajaan Tarumanegara: dari Berdiri hingga Masa Keruntuhan

Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang Kitab Sutasoma, termasuk latar belakang pengarangnya, isi ceritanya yang penuh makna, serta pesan-pesan universal yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

13 Desember 2024 18:57 WIB

13 Desember 2024 18:20 WIB

13 Desember 2024 18:15 WIB

13 Desember 2024 18:02 WIB

tirto.id - Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi salah satu instrumen dari lambang negara. Sebagai semboyan Bangsa Indonesia, kalimat Bhinneka Tunggal Ika tertulis di lambang negara, yakni Garuda Pancasila.

Bhinneka Tunggal Ika dikukuhkan sebagai semboyan NKRI dalam Pasal 36A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Lebih lanjut, regulasi mengenai semboyan negara diperkuat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 1951 tentang Lambang Negara.

Pada Pasal 1 disebutkan bahwa semboyan itu ditulis di atas pita yang dicengkram oleh Garuda sebagai lambang negara Republik Indonesia.

Pada pasal 5 dijelaskan bahwa semboyan Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa kuno yang ditulis dengan huruf latin.

Berdasarkan data sejarah, Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan yang diambil dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular pada abad 14.

Mengutip buku Bhinneka Tunggal Ika dan Integrasi Nasional terbitan Pusat Pengkajian MPR RI, istilah Bhinneka Tunggal Ika pertama kali digunakan pada tahun 1950 dalam sebuah Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat.

Berdasarkan rancangan yang dibuat oleh Sultan Hamid II, semboyan Bhinneka Tinggal Ika dimasukkan ke dalam lambang negara. Dengan posisi menempel di pita yang dicengkeram Burung Garuda, ungkapan dalam bahasa Jawa kuno itu disetujui oleh semua peserta sidang tanpa penolakan.

Bobo.id - Saat melihat lambang negara Garuda Pacasila, teman-teman akan menemukan sebuah pita putih bertuliskan semboyan bangsa.

Semboyan bangsa Indonesia itu berbunyi Bhinneka Tunggal Ika yang berasal dari kutipan Kitab Sutasoma.

Nah, tahukah teman-teman kitab Sutasoma itu? Kali ini, pada materi PPKn kurikulkum merdeka kelas VII SMP, kita mengenal tentang kitab tersebut.

Kitab Sutasoma merupakan salah satu karya sastra karya Mpu Tantular yang dibuat pada abad ke-14.

Kitab atau dikenal juga dengan nama kakawin ini dibuat pada masa keemasan Kerajaan Majapahit, lo.

Saat kitab itu dibuat Kerajaan Majapahit tengan di bawah kekuasaan Prabu Hayam Wuruk, dengan wilayah kekuasaan yang sangat luas.

Menurut sejarah, kitab ini pernah digubah antara tahun 135 dan 1389.

Kitab Sutasoma ini berisi tentang Pangeran Sutasoma serta berbagai ajaran tentang toleransi beragama, yang saat itu terjadi antara agama Hindu dan Buddha.

Mpu Tantular membuat kitab ini dengan aksara Bali dalam bahasa Jawa Kuno dan ditulis di atas daun lontar.

Daun lontar yang digunakan berukuran 40,5 x 3,5 cm yang berisi 1.210 bait dalam 148 pupuh.

Lalu seperti apa sisi dari Kitab Sutasoma ini? Berikut akan dijelaskan singkat tentang isi dari Kitab Sutasoma.

Baca Juga: 25 Contoh Perilaku yang Mencerminkan Nilai-Nilai dalam Pancasila, Materi PPKn

Seperti disebut sebelumnya, Kitab Sutasoma berisi tentang sosok Pangeran Sutasoma.

Pangeran Sutasoma adalah putra dari Prabu Mahaketu yang berasal dari Kerajaan Astina.

Sosok Pangeran Sutasoma menyukai ajaran Buddha Mahayana dan enggan menggantikan ayahnya menjadi raja.

Karena itu, ia melakukan semedi di sebuah candi hingga mendapat anugerah.

Lalu pada kakawin itu diceritakan perjalanan Pangeran Sutasoma menuju Himalaya bersama para pendeta.

Pada perjalanan itu, Pangeran Sutasoma bertemu dengan banyak tokoh dari raksasa hingga hewan-hewan buas.

Dari berbagai pertemuan itu, Pangeran Sutasoma menunjukan sikap yang baik hingga rela berkorban.

Perjalanannya itu berakhir membawa Pangeran Sutasoma bersedia menjadi raja dengan gelar Prabu Sutasoma.

Selama menjadi raja, Prabu Sutasoma juga menunjukan banyak sikap baik, termasuk sikap rela berkorbannya.

Bahkan ia rela dimakan Batara Kala agar 100 raja lain selamat.

Nah, dari cerita itu ada kata-kata yang dikutip dan dijadikan semboyan bangsa Indonesia.

Baca Juga: Mengenal Arti Warna pada Lambang Garuda Pancasila, Materi Kelas 3 SD Tema 8

Berikut akan dijelaskan tentang kutipan kata-kata yang jadi semboyan bangsa tersebut.

Persatuan dalam Perbedaan

Walau banyak perbedaan, hal itu tidak boleh dijadikan alasan bagi rakyat Indonesia untuk bersatu. Setiap rakyat Indonesia harus menjunjung tinggi nilai persatuan dan kesatuan.

Nah, itulah sedikit penjelasan mengenai sejarah dan makna Bhinneka Tunggal Ika dalam Kitab Sutasoma. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan kamu mengenai Pancasila ya!

Editor: Johnny Johan Sompotan

Kitab Sutasoma atau Kakawin Sutasoma adalah benda peninggalan sejarah berupa karya sastra yang dikarang oleh Mpu Tantular. Kitab ini ditulis menggunakan aksara dan bahasa Jawa Kuno.

Dikutip dari laman resmi Museum Nasional, kitab Sutasoma tercipta di akhir abad ke-14. Kala itu merupakan era keemasan kerajaan Majapahit yang berada di bawah kekuasaan Hayam Wuruk.

Kakawin dalam bahasa Jawa kuno berarti syair. Kitab Sutasoma ditulis ulang di atas daun lontar pada tahun 1851 dengan ukuran 40,5 X 3,5 cm.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut buku Indonesiaku Bhinneka Tunggal Ika yang ditulis Isra Widya Ningsih, dkk siapa penulis ulang kitab tersebut belum diketahui dengan pasti.

Mengutip dari buku berjudul Pesona & Sisi Kelam Majapahit karangan Sri Wintala Achmad, Kakawin Sutasoma bertuliskan tentang "Mangkang jinatwa kalawan Siwatattwa tunggal bhinneka tunggal ika tan hanadharmma mangrwa".

Kitab ini digubah di bawah naungan Sri Ranamanggala. Gubahan dilakukan pada sekitar tahun 1365-1369 saat pemerintahan Hayam Wuruk.

Gubahan tersebut sangat penting karena memuat ide-ide religius, khususnya tentang agama Buddha Mahayana dan hubungannya dengan agama Siwa.

Adapun situs resmi Balai Arkeologi Provinsi D.I Yogyakarta menyebut kakawin ini memilki keunikan dimana sang penulis mengambil tokoh yang mempunyai latar belakang keturunan Pandawa dan menggantikannya dengan kisah Buddha.

Kitab Sutasoma juga cenderung menyinggung peringatan timbulnya gejala-gejala perseteruan antara keraton barat (Kusumawardhani/Wikramawardhana) dengan keraton timur (Bhre Wirabhumi).

Perseteruan kedua keturunan Hayam Wuruk melahirkan sebuah perang secara bertahap yang dikenal sebagai Perang Paregreg.

Arti dan Makna Bhinneka Tunggal Ika, Semboyan Nasional Indonesia

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika ternyata berasal dari Kitab Sutasoma yang karya Mpu Tantular. Ia membuat kitab tersebut pada masa Kerajaan Majapahit.

Lantas, seperti apa sejarah dan makna Bhinneka Tunggal Ika dalam Kitab Sutasoma tersebut? Berikut ini ulasannya dirangkum berbagai sumber, Sabtu (7/10/2023).

Kekayaan Budaya dan Keunikan

Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan, tradisi, kesenian, dan bahasa. Keempat aspek warisan para leluhur itulah yang harus kita jaga hingga akhir hayat.

Sejarah Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan nasional Indonesia. Arti dari simbol tersebut adalah berbeda-beda tetapi tetap satu meski ada perbedaan namun tetap harus bersatu.

Bhinneka Tunggal Ika sendiri terdapat pada Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular. Kakawin berbahasa Jawa Kuno itu ditulis olehnya pada masa kekuasaan Raja Majapahit, Hayam Wuruk tepatnya pada akhir abad ke-14.

Konten baru

88 Dari 25

88 Dari 25

Terjadi kesalahan. Tunggu sebentar dan coba lagi.

Wisata

Wisata

Gunung Bromo, yang terletak di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur, adalah salah satu destinasi wisata paling terkenal di Indonesia. Keindahan alam yang ditawarkan oleh gunung ini sangat memukau, terutama saat matahari terbit. Puncak Penanjakan adalah tempat yang paling populer untuk menyaksikan sunrise, di mana pengunjung dapat melihat pemandangan matahari terbit yang menyoroti keindahan kawah Bromo dan lautan pasir yang luas.

Rasa Sakit

Rasa Sakit

Nah, itu dia Sobat Shopee beberapa bahan alami yang bisa kamu jadikan obat tipes alami untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menghindari tubuh dari penyakit. Selain itu, bahan-bahan tersebut sangat mudah diracik dan ditemukan di dapur, lho.

Beruang4D

Beruang4D

BERUANG4D merupakan agen paling di cari , karena membawa kemenangan besar untuk para pemain dan member yang sudah mendaftar. tidak salah pilih dalam memlih game online BERUANG4D karena memiliki kapasitas besar dan pastinya game yang lebih modern, memiliki pelayanan 24/7 jam nonstop dan memiliki pelayanan ramah untuk para member yang kesulitan dalam hal apapu.

Dewa Apa

Dewa Apa

Para dewa dipercaya sebagai makhluk yang tak tampak dan tak dapat dijangkau. Mereka hidup di tempat-tempat suci atau tempat-tempat yang jauh dari jangkauan manusia, seperti surga, neraka, di atas langit, di bawah Bumi, di lautan yang dalam, di atas puncak gunung tinggi, di hutan belantara, tetapi dapat berhubungan dengan manusia karena manifestasi atau kekuatan supranaturalnya. Dalam beberapa agama monoteistik, Tuhan dianggap tinggal di surga namun karena kemahakuasaannya Dia juga ada di mana-mana sehingga dapat berhubungan dengan makhluq-Nya kapanpun dan di mana pun, tetapi secara kasatmata. Dalam pandangan umat beragama (monoteistik, politeistik, panteistik) sesungguhnya Tuhan ada di mana-mana, tetapi untuk memuliakannya Dia disebutkan tinggal di surga.

Rumah 777

Rumah 777

Welcome to queen 777, your one-stop online casino destination in Philippines for thrilling queen 777 experiences. queen 777 is licensed and regulated, ensuring a safe and secure environment for all our users. queen 777 also offers a wide variety of games, including live casino, slots, fishing, sports, and table games, suitable for all kinds of players.

3 2 Miliar

3 2 Miliar

TerkiniTerlamaPaling sesuaiImagesize DescImagesize AscFilesize DescFilesize Asc

Bola Keren

Bola Keren

Maaf, barangnya tidak ketemu

Bagus Ps

Bagus Ps

Belanja di App banyak untungnya:

Konter4D

Konter4D

Pendirian Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas (FKM  Unand) berawal dari Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat yang berada di bawah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (PSIKM FK UNAND).Pengembangan PSIKM menjadi FKM pun akhirnya terwujud dengan diresmikannya Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas (FKM Unand) pada tanggal 13 Juli 2012.

Jilid 77

Jilid 77

Teknik jilid jahit kawat adalah penjilidan yang menggunakan mesin jahit buku. Penjilidan dengan teknik ini disarankan untuk digunakan pada berbagai dokumen atau buku yang sampulnya berupa soft cover.

5 Besar

5 Besar

Saat ini, sejumlah produsen smartphone tengah berlomba memberikan fitur terbaik dalam produk andalannya. Dari mulai kamera beresolusi tinggi hingga memori besar.

Bolahiu 4D

Bolahiu 4D

Bolahiu merupakan situs judi bola parlay dan slot demo gacor terpercaya dan terbaik di Asia. Dari awal kemunculan kami bolahiu memiliki tujuan untuk menjadi agen judi bola parlay terbaik di asia. Oleh karenanya semua member kami akan diberikan segala kemudahan, banyak bonus menarik, serta persentase kemenangan terbaik yang bisa kami berikan. Kepuasan dan kepercaya anda kepada situs kami, akan selalu kami jadikan acuan untuk menjadi situs judi resmi terpercaya dengan membawa keuntungan untuk semua member setia bolahiu.

Romawi 55

Romawi 55

Sepertinya Anda menyalahgunakan fitur ini dengan menggunakannya terlalu cepat. Anda dilarang menggunakan fitur ini untuk sementara.

Dewanata

Dewanata

Temukan berbagai rekomendasi produk Slot Pintu Besi dengan harga terbaru Desember 2024 di UKUR. Belanja online kebutuhan bangunan terbaik paling praktis. Cukup telusuri produk Slot Pintu Besi, pilih model, ukuran, maupun ragam varian lainnya yang sesuai kebutuhan. Pastikan membaca detail dan ulasan terpercaya dari pembeli lainnya. Check Out barang belanjaan anda dan jangan lupa nikmati promo menguntungkan yang tersedia di UKUR!

88Dewi 1D

88Dewi 1D

88DEWI merupakan slot gacor favorit semua orang yang mempunyai berbagai pilihan permainan yang sangat gacor dari berbagai provider gacor seperti slot88, pg soft, dan pragmatic play hanya di situs 88DEWI. Kamu juga bisa mengajak semua kenalan teman atau saudaramu untuk bermain di situs slot paling gacor di dunia 88DEWI. Daftar sekarang dan menangkan jackpot dengan mudah.

D4 Adalah

D4 Adalah

Setelah mengetahui apa itu diploma dan sarjana, mari kita bahas apa saja perbedaan D3, D4, dan S1. Perbedaan-perbedaan ini meliputi beberapa hal, yaitu durasi kuliah, gelar, kurikulum, peluang lanjut studi, dan prospek kerja. Mari kita bahas satu per satu.